ahmad hudori. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Blogernas Disidang di MPR


Bismillahirrohmanirrohim,,
Begitulah kiranya judul yang pantas buat mendemo Blogernas' ( Blog Erianto Anas ) yang bakal di sidang di MPR', karena dia sudah dicari Polisi, terlihat jelas sudah banyak media yang memberitakan ulahnya di dunia maya, antara lain Lintas berita dan Kompasiana, karena sudah menjadi pengunduh pertama postingan-postingan sesat dan menyesatkan.

Postingan yang satu ini mencoba mengulas kenapa bisa-bisanya dia disidang di MPR. Buat para pembaca jangan pernah sedikitpun mencoba mengklilk blog yang satu ini Pembajak Alqur'an, karena Jejak-jejak yang patut dicurigai dan sangat membakar kuping saya, ketika awal-awal berkunjung sih tidak ada bau busuk yang menyengat, biasa seperti halnya bloger tanah air yang mengulas seputar Tips dunia blogging. Tapi entah Inspirasi Jin dari mana, yang menurut saya dia seperti keSetanan setiap berposting ria akhir-akhir ini.

Dibawah ini postingan Sesat yang telah dibuatnya :



  • Setan-setan Pembela Alquran! ,








  • Mencoba mengkritisi', mendemo' bahkan menghujat pembela-pembelanya',-katanya sih dia udah banyak para pengikutnya yang siap membela jika ada yang macam-macam dengannya.

    Berikut alasan dan kapan Blogernas bakal di sidang di MPR :

    1. Blogernas akan disidang di MPR; jika postingan-postingannya terbukti di dunia Nyata bukan di dunia maya, alias siapa saja yang melihat Om ErNas mengajak ajaran-ajaran menyesatkan maka laporkan kepada pihak yang berwajib.


    2. Dan akan disidang di MPR jika terbukti, dia tidak peduli lagi dengan nasib Rakyat-Jelata di dunia Nyata terutama, dan tidak peduli dengan nasib para Bloger Jelata yang meminta-minta apa yang diminta, karena mereka blogger jelata sudah mendukung dia untuk naik peringkat di dunia maya. Kalau saya yang sudah melihat sendiri di dunia maya, bahwa dia belum terbukti Sesat, apalagi di dunia nyata, kita doakan dia baik-baik saja terlebih di  Akhirat nanti. Maka:!

    Himbauan :

    Buat para wakil rakyat yang di MPR untuk segera melarang untuk mengklik sesuatu yang dilarang,  karena manusia berjiwa PENASARAN, seperti hantu, dilarang makin Ketagihan contoh: Jangan sekali-kali anda mengklik situs-situs Porno karena jelas-jelas DILARANG, tapi apa boleh buat karena dilarang makin penasaran.

    Harapan saya semoga Blogernas melihat postingan ini dan sahabat-sahabat saya bersedia berkomentar,
    Sekian Wassalam

    Ket : - MPR : MMMajelis PPPara bloggeRRR.
    • Digg
    • Del.icio.us
    • StumbleUpon
    • Reddit
    • RSS

    Kiat Sederhana Atasi 'Pikun pada Angka'

    Meski telah memiliki telepon genggam dan komputer jinjing yang siap membantu menyimpan data-data berupa angka, tak ada salahnya kita mengingat dan menyimpan sebagain dalam memori otak. Selain mendongkrak daya ingat, kita sedikit direpotkan bila sewaktu-waktu piranti andalan, baik ponsel atau laptop, rusak maupun hilang.

    Mengingat angka juga menekan risiko pikun pada angka atau "Amnesia Numerik". Metodenya pun tak harus rumit. Berikut ada lima tips sederhana namun efektif yang diberikan oleh sebuah lembaga studi medis perusahaan penunjang hidup, CCP.

    Langkah 1: Visualisasikan angka-angka yang ingin anda ingat, gambar angka tersebut dalam kepala. Pikirkan seperti apa mereka akan terlihat, warna yang tampil, bentuk yang mungkin muncul di 'kartu nama' tulisan tangan anda. Cara ini mungkin akan berbeda bagi setiap orang, bagi mereka yang memiliki kemampuan imajinasi tinggi jauh lebih mudah melakukan. Namun bagi mereka yang kurang, metode ini justru mengembangkan pula kemampuan inferior selama ini.

    Langkah 2: Ucapkan angka keras-keras. Metode ini terutama cocok bagi mereka yang bertipe pembelajar berdasar respon suara. Ucapkan angka-angka itu tiga kali langungs berturut-turut. Bila perlu ulangi lagi menyerukan dengan keras setiap beberapa menit. Bahkan menciptakan sikuen ritme angka dalam lagu-lagu yang anda kenal juga sangat membantu.

    Langkah 3: Lakukan gerakan memencet nomor. Gerakkan jari-jari anda seolah-olah seperti menekan tombol betulan dalam ponsel ketika anda meneriakkan angka itu keras-keras.

    Langkah 4: Kelompokkan angka bersama. Pikiran manusia secara alami lebih baik mengingat angka-angka  dalam grup terdiri dari tiga atau empat.

    Langkah 5: Cari asosiasi pribadi  dengan angka. Asosiasikan angka dengan ulang tahun misal, umur, nomor pin atau hal-hal lain yang pribadi bagi anda. Otak anda akan memunculkan angka-angka tersebut begitu asosiasi itu terpikirkan.i
    Pada intinya upaya mengingat yang dipaparkan datas dilakukan dengan memanfaatkan indra manusia. Pengaktifkan indra terbukti membantu meningkatkan kemampuan kognitif seseorang.

    Red:
    Ajeng Ritzki Pitakasari    REPUBLIKA.CO.ID,

    • Digg
    • Del.icio.us
    • StumbleUpon
    • Reddit
    • RSS

    Selamat Tinggal PKS dan PKSWatch

    Sesungguhnya segala puji hanya bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala, kita memujiNya, minta tolong padaNya, mohon ampun padaNya dan bertaubat hanya padaNya. Shalawat dan salam untuk qudwah kita Muhammad Rasulullah shallalLahu 'alaihi wassalam, beserta keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang setia kepadanya hingga hari kiamat.
     
    Catatan seorang simpatisan kepada gerakan dakwah Ikhwan, atas dasar cinta pada dakwah yang lurus dan istiqomah di jalan Allah dan manhaj dari para nabi.

    26 Oktober 2005, ketika saya memulai blog PKSWatch untuk pertama kalinya, didasari dengan sebuah rasa keprihatinan atas sepak terjang gerakan dakwah yang saya cintai, yang saya lihat mulai keluar dari rel dan celakanya tidak banyak disadari oleh para penghuninya. Ada total 83 tulisan dan ribuan komentar dari para pembaca, hingga saya memutuskan untuk membekukannya pada tangga 25 Desember 2006, ketika hit blog sedang tinggi-tingginya.

    Ketika saya mulai pertama kali, saya menggunakan nada tulisan yang keras terutama pada 2-3 bulan pertama, dengan maksud untuk menyentak pemikiran, tapi saya salah karena yang terjadi malah sikap antipati yang berlebihan meskipun setelah berjalan beberapa bulan nada tulisan sudah jauh berubah. Namun demikian beberapa tulisan yang keras tersebut tetap ada sehingga pembaca yang baru mengikuti cenderung untuk bersikap antipatif pula. Selain itu kebijakan sensor komentar juga sangat liberal, sehingga suasana diskusi terkadang sangat panas. Atas beberapa pertimbangan, saya memutuskan untuk membekukan blog itu terlebih dahulu.

    Dalam perjalanannya, periode di atas itu saya sebut blog PKSWatch versi 1.

    Pertengahan 2007, beberapa ikhwah kader di Jakarta menghubungi saya, menasehati dan meminta saya untuk mengaktifkan lagi blog PKSWatch sebagai sarana kontrol kepada jama'ah. Akhirnya tanggal 12 November 2007, saya mulai kembali blog PKSWatch (versi 2). Dengan tulisan yang lebih kuat pada referensi ilmiah, dalam perjalanannya ada 77 tulisan dengan total ribuan komentar pembaca hingga tanggal 9 Juni 2009. Sebagian tulisan tersebut dibuat oleh asatidz yang juga prihatin terhadap PKS, ada tulisan mereka yang memang sudah tersedia di ranah publik, ada pula tulisan yang memang baru dimuat di blog PKSWatch.

    Kemudian sempat vakum karena saya sempat merasa amat "mual" melihat polah politik PKS pada waktu itu, terutama menjelang pemilu presiden 2009. Sampai kemudian saya mulai lagi pada tanggal 17 Desember 2009. Kali ini hanya ada tiga tulisan hingga saya membuat tulisan ini. Mood saya untuk menulis tidak seperti dulu lagi, mungkin karena sudah malas melihat PKS semakin jauh dari yang saya bayangkan, dari rel yang semestinya PKS berada di atasnya.

    Padahal sangat banyak data dan informasi masuk kepada saya, sebagian lengkap dengan bukti-bukti, yang bisa saya gunakan untuk membuat tulisan, tapi saya sudah seperti kehilangan minat kepada PKS. Dulu, saya membuat blog ini karena saya yakin bahwa PKS bisa tetap dijaga agar tetap berada di atas relnya.

    Banyak ikhwah yang mengakui bahwa mereka tersadarkan oleh keberadaan blog ini, tapi juga banyak yang jengkel dan tidak setuju dengan blog ini, lalu meminta saya untuk menghentikan blog ini. Kepada mereka, saya menjawab bahwa saya akan menghentikan blog ini kalau ada satu dari dua kondisi sudah tercapai, yaitu:
    - Pertama, PKS kembali lurus minimal seperti di masa awal-awal pendirian PK, atau
    - Kedua, PKS sudah rusak parah, atau sudah bukan menjadi partai Islam lagi.

    Karena saya tidak memiliki kepentingan ekonomi apapun dari blog ini. Motivasi saya murni karena mencintai sebuah jama'ah dakwah, yang cukup berjasa dalam memberikan pemahaman Islam kepada saya. Ketika saya melihat PKS sudah mulai keluar rel, saya coba ingatkan sebisa saya, secara publik tanpa membongkar hal-hal rahasia, semacam melakukan debunking terhadap PKS.

    Dulu ada yang bertanya, mengapa saya tidak membuat juga PDIPWatch, GolkarWatch, dan seterusnya, mengapa hanya PKS? Jawaban saya, karena PKS berbeda. PKS (dulu) adalah sebuah jama'ah dakwah, bukan hanya partai politik. Saya kritisi, karena saya sayang pada jama'ah dakwahnya, bukan karena ke-parpol-annya. Yang lain saya sama sekali tidak berminat, karena sama saja, partai yang berorientasi kekuasaan dan materi. PKS, sempat sangat saya khawatirkan akan menjadi seperti itu juga, karena itulah saya mencoba menjaga sebisa saya.

    Tapi hari ini, baru saja munas PKS berakhir. Sejak dari pemilihan tempat di hotel super mewah, sudah jelas PKS mengumumkan untuk perubahan citra, dan kemudian semakin dikukuhkan dengan berbagai manuver yang telanjang diperlihatkan kepada masyarakat.

    Sekjen PKS Anis Matta mengatakan bahwa mereka ingin keluar dari tema-tema sempit, dalam rangka mengubah citra Islamis, dengan jargon "PKS Untuk Semua". Ini bukan pertama kalinya diungkap oleh Anis Matta, PKSOnline tanggal 23 Januari 2009 juga mencatat pernyataan semacam ini dari Anis Matta, bahwa era politik aliran sudah berakhir. Lalu diperkuat lagi dengan pernyataan wakil Sekjen Zulkiflimansyah pada tanggal 30 Januari 2009, bahwa syariat Islam itu sudah agenda masa lalu.

    Jadi misi-misi dakwah seperti pemurnian akidah tauhid, penegakan nilai syari'ah, adalah hal-hal yang sudah tidak relevan lagi buat PKS dan dianggap sebagai tema yang sempit. Nastaghfirullah, padahal tidaklah Allah Ta'ala mengutus para nabi dan rasul kecuali untuk tugas-tugas ini, tapi ternyata itu ditegaskan sebagai hal yang tidak relevan lagi oleh PKS.

    Lalu dalam munas 2010 hal ini lebih ditegaskan lagi, sampai kepada masalah teknis seperti pengurus dari daerah hingga pusat yang tidak perlu berikrar syahadat lagi sehingga bisa diduduki oleh kalangan non muslim. Jelas ini sudah menyimpang sangat jauh.

    Tujuannya sudah jelas, ingin mengubah diri menjadi partai "aliran tengah", terbuka dan nasionalis. Hal ini dalam koridor hukum di Indonesia sah-sah saja. Tapi saya jadi merasa tertipu, karena dulu saya mendukung dan mencintai PKS karena adanya tujuan penegakan nilai-nilai Islam di Indonesia melalui koridor konstitusional, meskipun dengan cara yang lambat karena harus dibarengi dengan dakwah kepada masyarakat, bahwa masyarakat yang memilih PKS memang karena mereka menyadari pentingnya sebuah wasilah dakwah di ranah politik.

    Ternyata sebagian oknum pimpinan tidak sabar dengan lambatnya pencapaian ini, lalu dakwah dikuantifikasi menjadi perolehan angka-angka kursi. Padahal dalam hadits sudah dijelaskan, bahwa di hari kiamat nanti ada nabi yang datang dengan banyak pengikut, ada yang nabi yang datang dengan sedikit pengikut, ada pula nabi yang datang tanpa pengikut. Kalahkah mereka? Tentu saja tidak, karena tugas dakwah adalah tugas mulia, di mana manusia hanya dibebankan untuk menyampaikan secara hikmah dengan koridor dakwah yang sudah digariskan di dalam Islam, sementara hasilnya itu urusan Allah semata.

    Karena tidak sabar ingin menjadi besar, maka citra partai harus diubah "ke tengah", agar tidak lagi terkesan sebagai partai Islam. Lalu kalau sekarang menjadi partai tengah atau nasionalis atau terbuka, lantas apa bedanya dengan PDIP, PD atau Golkar? Sudah sama saja. Toh mayoritas di partai-partai itu juga umat Islam, saudara seakidah juga. Toh juga ada ustadz dan kyai di partai-partai itu. Kalau untuk Indonesia yang lebih baik, maka semua partai juga memiliki slogan itu. Kalau alasannya nasionalis religius, maka partai-partai lainpun begitu juga. Dengan demikian, jelaslah sudah.

    Ya, dengan begini lebih jelas dan enak. PKS adalah partai terbuka, sementara saya mengkritisi PKS karena mencintainya sebagai gerakan dakwah. Setelah menjadi partai terbuka dan meninggalkan tujuan-tujuan dakwah, maka hilangnya "illat" atau alasan saya untuk mengkritisi PKS lagi.

    Dari dua point yang saya jelaskan sebelumnya, bahwa saya akan menghentikan blog ini kalau PKS kembali lurus atau sudah rusak parah, maka point kedua sudah terjadi. Inilah sebabnya saya buat tulisan ini, ini sebabnya saya kemudian memutuskan untuk menutup blog ini secara permanen, bukan dalam rangka pembekuan sementara.

    Untuk ikhwah yang merasa mendapatkan ilmu dan manfaat dari blog ini, saya katakan bahwa kalau itu memang ilmu yang benar, maka itu datangnya semata dari Allah Ta'ala. Kalau salah, maka itu datang dari kelemahan saya. Semoga Allah mengampuni saya dan kita semua.

    Untuk ikhwah (dan pengurus PKS) yang merasa jengkel dengan keberadaan blog ini, setulusnya saya mohon maaf. Tidak ada sedikitpun niat saya kecuali untuk menjaga jama'ah tetap berada pada rel dakwah, dan hari ini sudah ditegaskan bahwa PKS bukan lagi partai dakwah. Jadi kalaupun harus dakwah, tidak ada alasan lagi buat saya untuk memperhatikan PKS secara khusus seperti selama ini.

    Untuk ikhwah yang selama ini sudah mengenal saya secara langsung, maka hubungan ukhuwah kita tidak akan putus kecuali Allah menghendaki demikian. Untuk yang belum mengenal saya secara langsung, mudah-mudahan suatu saat Allah mempertemukan kita. Tidak ada niat saya untuk bersembunyi secara pengecut, tapi semata karena saya orang yang lemah, yang mudah terganggu keikhalasan hatinya kalau diri ini terpublikasi secara luas.

    Kepada para asatidz dan ikhwah yang selama ini sudah menjaga saya, menasehati saya, mengkritisi saya kalau saya keliru, semoga Allah Ta'ala membalas Anda semua dengan kebaikan.

    Kepada semua ikhwah, jangan patah arang, jangan putus asa untuk berdakwah, anggaplah perilaku PKS saat ini sebuah ujian bagi sebuah gerakan dakwah. Sebuah ujian yang sudah ratusan mungkin ribuan kali ditimpakan kepada sebuah kaum, ada yang selamat tapi lebih banyak yang gugur, karena ujian dalam bentuk kenikmatan duniawi (seperti yang menimpa PKS sekarang) memang lebih berat daripada ujian berupa kesulitan. Dakwah tetap harus jalan dengan atau tanpa PKS. Masih banyak wasilah dakwah yang lain.

    Sedikit curhat, saya sempat sedih seminggu belakangan ini, perasaan saya seperti kehilangan, mirip waktu almarhum bapak saya wafat (meskipun tidak sesedih itu). Ya, sedih karena kehilangan wasilah dakwah yang saya cintai dan saya harapkan selama ini. Lalu sudah menjadi qadarullah, beberapa hari yang lalu, saya menghadiri sebuah halaqoh yang diisi oleh ustadz Abdullah Gymnastiar. Paparan beliau mengenai dakwah, tauhid dan keikhlasan hati sungguh menyentuh, membuat saya menangis (tentunya setengah mati saya tahan karena malu terlihat yang lain). Intinya, saya bisa melihat kesalahan terbesar saya selama ini, bahwa saya berharap pada PKS. Ini sudah salah. Saya hanya boleh berharap kepada Allah Ta'ala semata. Hanya Allah yang tidak akan mengecewakan kita.

    Kini, alhamdulillah, saya mulai bisa melepaskan PKS dari hati saya, dari pikiran saya, dan saya malah merasa plong. Selamat tinggal PKS. Pembicaraan dan pikiran mengenai PKS sudah sama sekali tidak menarik minat saya lagi, sudah sama seperti ketika membicarakan partai-partai politik yang lain. Dengan hati yang yakin, mantap dan ringan, dengan menyebut asma Allah Ta'ala, saya menyatakan menutup blog ini.

    Singapura, 7 Rajab 1431 Hijriyah, 21 Juni 2010, 00:30.

    • Digg
    • Del.icio.us
    • StumbleUpon
    • Reddit
    • RSS

    Sosok Rijalud Dakwah

    Sesungguhnya da'wah menjadi tinggi dan mulia dengan ketinggian dan kemuliaan pendukungnya. Harakah Ikhwan mengakui, hal positif dan negatif dari manhaj teoritisnya yang dapat diambil pada buku-buku yang sudah disebarluaskan, bagaimana tingkat ketsiqahan anggotanya terhadap manhaj. Diantaranya adalah menganalisa suatu masalah, sebagaimana terlihat dalam sikap dan tindakan mereka.

    Namun tindakan pribadi (fardi) juga berbagai pemyataan spontan atas berbagai masalah, hal tersebut sama sekali tidak mencerminkan harakah secara umum. Sebab memang demikianlah tabi'at suatu pertumbuhan, yang juga erat dengan situasi kondusif yang mendukung prilaku tersebut. Di sini, akan kami paparkan contoh-contoh pribadi yang hendak dihasilkan Ikhwan melalui proses tarbiyah dan arahan mereka. Semua ini tentu saja terwujud setelah taufiq dari Allah swt.

    Seorang Mujahid yang Menjadikan Da'wah sebagai Obsesinya

    Imam Hasan al-Banna mengatakan: "Saya dapat menggambarkan sosok mujahid adalah seorang yang dalam kondisi mempersiapkan dan membekali diri, berpikir tentang keberadaannya pada segenap dinding hatinya. la selalu dalam keadaan berpikir. Waspada di atas kaki yang selalu dalam kondisi siap. Bila diseru ia menyambut seruan itu.

    Waktu pagi dan petangnya, bicaranya, keseriusannya, dan permainannya, tidak melanggar arena yang ia persiapkan diri untuknya. Tidak melakukan kecuali misinya yang memang telah meletakkan hidup dan kehendaknya di atas misinya. Berjihad di jalannya.

    Anda dapat membaca hal tersebut pada raut wajahnya. Anda dapat melihatnya pada bola matanya. Anda dapat mendengarnya dari ucapan lidahnya yang menunjukkanmu terhadap sesuatu yang bergolak dalam hatinya, suasana tekad, semangat besar serta tujuan jangka panjang yang telah memuncak dalam jiwanya. Jiwa yang jauh dari unsur menarik keuntungan ringan di balik perjuangan.

    Adapun seorang mujahid yang tidur sepenuh kelopak matanya, makan seluas mulutnya, tertawa selebar bibirnya, dan menggunakan waktunya untuk bermain dan kesia-siaan, mustahil ia termasuk orang-orang yang menang, dan mustahil tercatat dalam jumlah para mujahidin."

    Da’i Yang Bergerak Karena Allah swt.

    Adalah da'i yang berlari memohon syahadah kepada Allah swt. di saat melakukan tugas da'wah ilallah. Sebagaimana syahidnya 'Urwah bin Mas'ud ats-Tsaqafi radhiallahu'anhu yang menda'wahkan kaumnya kepada Islam. 'Urwah adalah satu dari dua tokoh besar kaum musyrikin yang disebutkan dalam firman Allah, tentang perkataan kaum musyrikin:

    "Dan mereka berkata, "Mengapa al-Qur'an tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah satu dua negeri (Mekkah dan Thaij) ini?" (QS. az-Zukhruf: 31)

    Ketika ia menyatakan diri masuk Islam, sekaligus menda'wahkan kaumnya kepada Islam, bertubi-tubi tombak dan anak panah dari segala arah merobek tubuhnya hingga syahid.

    Da’iyah yang Memiliki Semangat Tinggi

    Anggota harakah Ikwan, harus mempunyai semangat tinggi sebagaimana semangat al-Aslami adhiallahu ‘anhu yang pernah diceritakan oleh Ibnul Qayyim rahimahullah: “Bila anda ingin melihat tingkatan semangat, lihatlah semangat Rabi'ah bin Ka'b al-Aslami radhiallahu'anhu. Rasul saw. berkata: "Mintalah kepadaku." Ka'b mengatakan: "Aku ingin menjadi pendampingmu di.surga." Sementara orang lain ada yang meminta makanan dan pakaian.

    Da'i yang Memegang Teguh Janjinya

    Seorang akh, dibina untuk mengerti dan melaksanakan sikap shidiq, sebagai sikap mulia para sahabat ridhwanullahi'alaihim.

    Seperti kisah Anas bin Nadhr radhiallahu'anhu yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik. Bahwa Anas bin Nadhr, absen dalam peperangan Badar. Beliau mengatakan:

    "Aku tidak ikut dalam perang pertama yang disaksikan Rasulullah saw. Bila Rasulullah kembali berperang melawan kaum Quraisy setelah Badar, niscaya Allah 'Azza wa Jalla akan memperlihatkan apa yang akan kuperbuat."

    Di saat perang Uhud, ummat Islam menderita kekalahan. Seseorang berkata kepada Sa'ad bin Mu'adz radhiallahu'anhu: "Wahai Sa'ad hendak kemana anda?" "Saya ingin menghampiri aroma surga di balik Uhud.' Sa'ad berangkat hingga syahid. Di tubuhnya terdapat lebih dari delapan puluh luka akibat pukulan pedang, tombak dan anak panah. Hingga jasadnya tak dikenal lagi oleh saudari perempuannya, kecuali melalui pakaiannya.

    Lalu turunlah firman Allah swt. : “Di antara orang-orang mu'min ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah, maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun tidak merobah janjinya.” (QS. aI-Ahzab: 23)

    Demikianlah seharusnya sikap teguh terhadap janji.

    Seimbang dalam Semua Kondisi

    Ikhwan membina anggotanya agar memiliki sikap berani, namun tidak mengabaikan sikap hati-hati, jauh dari sikap sembrono dan emosional. Mungkin sedikit manusia yang. dapat seimbang melakukan hal ini. Seorang yang dibiasakan bersikap pemberani, selalu berusaha memutuskan seluruh rintangan yang mengikatnya.

    Mereka juga memiliki keta'atan tinggi yang diikat oleh kesadaran syar'i yang cermat, jelas, tidak serampangan dan bukan sikap mengikut buta.

    Di sisi lain, anggota Ikhwan selalu memelihara potensi yang Allah anugerahkan pada dirinya. Seorang Ikhwan secara khusus mengerahkan semua kekuatannnya kepada seluruh yang mendatangkan manfaat kepada da'wah. Penyaluran potensi itu tidak dibiarkan tanpa kendali, tanpa arah dan tujuan yang jelas. Ikhwan senantiasa mengiringinya dengan langkah takhtith (perencanaan) matang.

    Da'i yang komitmen terhadap petunjuk nabawi

    Seorang da'i yang berjalan di atas jalur syari'at, tunduk kepada sunnah, menjauh dari prilaku bid'ah dan semua yang tidak diperintahkan .oleh Rasulullah saw. Tindak tanduknya, sebagaimana petunjuk hadits Nabawi. la mengambil agamanya dari mata air Islam yang jernih dan minum dari sumber keimanan.

    Bila ditanya tentang prinsipnya, ia mengatakan: “Ittiba’”. Bila ditanya tentang pakaiannya, ia mengatakan: "Taqwa." Bila ditanya tentang maksud serta tujuannya, ia mengatakan: "Ridha Allah." Dan bila ditanya di mana ia menghabiskan waktunya di waktu pagi hingga petang, ia menjawab: "Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang." (Qs. an-Nur: 36)

    Dan di medan da’wah serta mengembalikan manusia ke jalan al-haq. Bila ditanya tentang nasabnya, ia mengatakan:

    Orang tuaku adalah Islam. Tidak ada orang tuaku selainnya. Sementara orang bangga dengan keturunan Qais atau Tamim

    Da’i yang Sabar

    Ikhwan terbina dengan akhlaq sabar, sehingga di awal perj alanannya, salah seorang Ikhwan telah mengetahui apa yang diucapkan Ibnul Qayyim rahimahullah: "Sesungguhnya sikap untuk lebih mengutamakan ridha Allah, pasti akan berhadapan dengan permusuhan manusia, siksa, bahkan upaya mereka untuk membunuhnya. Yang demikian adalah sunnatullah di antara makhluk-Nya.

    Bila tidak demikian, lalu apa dosa para Nabi dan Rasul yang memerintahkan keadilan di antara manusia dan menegakkan agama Allah ?" Maka barangsiapa yang lebih mengutamakan keridhaan Allah, niscaya ia akan memperoleh permusuhan dari orang alim yang jahat, manusia yang menyimpang, yang bodoh, pelaku bid'ah, yang banyak berdosa, dan penguasa bathil.

    Barangsiapa berpegang teguh pada Islam secara sempurna, ia tak dapat digoyahkan oleh manusia bahkan gunung sekalipun. Tak dapat dihalangi oleh berbagai ujian., kekerasan dan rasa takut.

    Mereka mengetahui bahwa kesabaran dapat dilakukan melalui dua perkara: tarbiyah atas sikap zuhud di dunia dan zuhud terhadap pujian. Tidaklah seseorang itu melemah, atau terlambat, dalam jalan ini, kecuali karena kecintaannya yang demikian besar pada kehidupan, kekekalan, serta kecintaannya pada pujian manusia dan upaya menjauhi kecaman mereka.

    Jalan ini, bagi mereka, merupakan jalan yang pasti berhadapan dengan pendustaaan, pengusiran, dan siksaan, seperti ungkapan Ibnul Qayyim al-Jauzi rahimahullah: "Seseorang yang berlalu menuju Allah swt. adalah sebagai uswah. Dan itulah predikat yang sangat mulia. Seorang yang berakal cerdas rela beruswah kepada para Rasulullah, para Anbiya, Aulia, dan orang-orang yang dipilih Allah dari para hamba-Nya.

    "Merekalah kelompok manusia yang paling berat ujiannya. Siksaan manusia terhadap mereka, lebih cepat berjalannya dari pada air mata. Cukuplah, contoh kisah yang disebutkan tentang perjuangan para Anbiya alaihimus salam bersama ummat mereka, juga perjuangan Rasulullah saw. Bagaimana siksaan musuh-musuh terhadap mereka. Siksaan berat yang belum pemah menimpa orang sebelum mereka."

    Waraqah bin Naufal pemah berkata kepada Nabi saw.,"Engkau pasti akan didustai, diusir dan disiksa." Kemudian beliau bersabda: 'Tak seorangpun yang datang sebagaimana yang aku perjuangkan kecuali ia akan mengalami kondisi serupa dengan apa yang kualami."

    Hukum ini berlaku hingga kepada para pewaris-pewarisnya. Tidakkah seorang hamba ridha menjadikan hamba terbaik Allah swt. sebagai uswahnya.

    Pemberi Infaq yang Tidak Kikir Terhadap Da'wahnya

    Sebagaimana disifatkan oleh pemimpin mereka Imam Hasan al-Banna rahimahullah: "Mereka tidak kikir terhadap da'wah, meski harus mengeluarkannya dari jatah makanan anak-anak mereka, mengucurkan darah mereka, atau harga mahal untuk kebutuhan primer. Apalagi dari kebutuhan sekunder, dan keperluan yang tidak mendesak.

    Mereka, tatkala menanggung beban da'wah ini, benar-benar mengetahui bahwa ia merupakan jalan da'wah yang tidak mungkin dilalui dengan sedikit pengorbanan darah dan harta. Maka mereka keluarkan hal itu seluruhnya karena Allah swt.

    Singkatnya, seorang al-akh dari mereka tengah melakukan perjalanan menuju Allah swt. bersama kelompok al-haq dan kafilah tauhid. Mereka adalah orang-orang yang mempunyai keyakinan besar, para pendidik, manusia yang sadar, dan berpegang teguh kepada Islam, yang sedang mempersiapkan diri dengan ilmu, keahlian untuk berangkat berjihad. Masing-masing berlomba untuk bcrangkat, dan bila mereka berangkat mereka lakukan dengan penuh itqan.

    Jika mengalami situasi sulit dalam peperangan, mereka bersabar. Mereka tidak akan rela hingga da'wah mencapai tujuannya. Meskipun mereka harus memeras seluruh kemampuan dan pemikiran mereka habis- habisan.

    Bila mereka memberi perintah, perintah mereka kosong dari sikap memaksa. Dan bila mereka taat kepada perintah, ketaatan mereka terlepas dari sikap merasa hina. Bila mereka melontarkan kritik, kritik mereka jauh dari perusakan dan penghancuran.

    Memiliki disiplin tinggi, teratur, para murabbi, perancang strategi menuju sasaran yang jelas, orang-orang teguh pendirian, komitmen, yang bila diberi amanah sebagai pemimpin mereka lakukan dengan ikhlash, jika diposisikan sebagai prajurit, mereka lakukan dengan penuh ketaatan. Setiap masing-masing mereka mampu berpikir untuk terus meningkatkan kemampuannya secara seimbang untuk selalu berupaya mengatasi masalah yang dilihatnya, mengambil hukum suatu pekerjaan dan aktivitas dari pikirannya. Mereka merasa bertanggung jawab untuk membela Islam. Puas dengan jumlah yang sedikit.

    Dalam jiwa mereka terdengar sebuah prinsip yang begitu indah, “Pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat." (QS. ash- Shaff: 13)

    Betapa mereka bekerja keras di waktu siang, betapa indahnya lantunan "seruling" mereka, yang mereka ambil dari keluarga Daud pada waktu sahur. Kemudian saat mereka berhadapan dengan orang yang bengis dan keras, perkataan mereka adalah:

    “Suatu tentara yang besar yang berada di sana dari golongan-golongan yang berserikat, pasti akan dikalahkan." (QS. Shaad: 11)

    Mereka bertolak ke arah yang jelas, bergerak bersama sikap komitmen dengan ketaqwaan. Sumpah setia mereka sejati, ketaatan mereka bukan keterpaksaan tapi kesadaran, pandangan mereka penuh prhitungan, wawasan pemikiran mereka luas dan tidak sempit.

    Masing-masing berprinsip menjadi pendukung setia terhadap pemimpinnya, cita-cita mereka adalah bertemu dengan Rabb sebagai syuhada. Mereka memandang tanggung jawab syari'at sebagai penyejuk mata, penyenang hati, penghidup ruh, mencampakkan sistem thagut dan undang-undang yang bathil.

    Para rijal yang selalu memerangi kehendak nafsu mereka. Hati mereka rindu pada ketaqwaan, merasa tenang dengan dzikir. Mereka mengetahui bahwa jihad adalah aplikasi kerahbaniyahan Islam. Karenanya mereka persiapkan diri dengan senjata, dan mereka hunus pedang, mereka bentangkan busur.

    Mereka mengetahui bahwa arwah mereka akan kembali diantara penghuni kubur, mereka tinggalkan bangunan dunia, semangat mereka meninggi dan prilaku mereka menjadi lurus. Mereka adalah junudullah (tentara Allah) di manapun berada.

    Mereka adalah para imam, pemberi petunjuk, dan pemimpin kaum beriman. Mata mereka sering terjaga di waktu malam, dan mata mereka kerap mengucurkan air mata. Berbahagialah orang yang berada dan berpegang teguh bersama mereka.

    Para rijal yang komitmen dengan seruan Rasulullah saw, secara bathin dan zahir. Mereka berpendirian sebagaimana Rasul berpendirian. Mereka berjalan sebagaimana Rasul berjalan. Mereka ridha dengan keridhaan Rasul. Menyambut seruannya bila Rasul menyeru mereka.

    Landasan madzhab mereka adalah al-Qur'an dan sunnah, meninggalkan hawa nafsu, bid'ah, berpegang teguh dengan para imam dan berqudwah pada para salaf. Meninggalkan perbuatan bid'ah, berpendirian diatas apa yang ditempuh para generasi awwalun dari para sahabat, pembela Islam, sumur keimanan, inti sikap ihsan.

    Pengetahuan mereka murni mengambil dari misykat wahyu dan hadits Rasulullah saw.

    Para rijal yang meyakini bahwa mempelajari ilmu ikhlash karena Allah dapat melahirkan khasyiah (ketakutan), sehingga menuntut ilmu merupakan ibadah, mudzakarah mereka adalah tasbih, pembicaraan mereka adalah tentang "jihad" .Mereka menuntut ilmu hingga terkuaklah hijab yang menyelimuti hati mereka, sirna kegelapannya, berganti dengan fajar tauhid dan terpancar di dalamnya matahari keyakinan.

    Jalan di hadapan mereka menjadi terang benderang, malamnya laksana siang. Hati dan jiwa mereka bangkit memperoleh al-Haq, dan meninggalkan selain-Nya.

    Terlepas dari semua iradah mereka. Yang terpatri dalam hati mereka hanya bara khasyiyah yang membakar. Kerahasiaan mereka berhias al-haq, dan ‘alaniyah (keterbukaan) mereka terhias oleh akhlaq.

    (Buku Ikhwanul Muslimin; Deskripsi, Jawaban Tuduhan, dan Harapan Oleh Syaikh Jasim Muhalhil)

    • Digg
    • Del.icio.us
    • StumbleUpon
    • Reddit
    • RSS

    OASE IMAN = Nasihat untuk Ikhwan Akhwat !!

    Inilah nasehatku kepada ikhwan dan akhwat fillah pada khususnya, dan kepada seluruh manusia pada umumnya. Inilah nasehatku buat kalian dan juga buat diriku sendiri. Yaitu ; hendaklah kita senantiasa memperhatikan Al-Qur’an, merenungi makna-maknanya. mengahafalnya di luar kepala, tamak untuk terus menerus membacanya, sesekali membaca dengan cara melihat pada mushaf, kali lain membaca dengan hafalan tanpa melihat mushaf. Manakala pembaca Al-Qur’an tergolong yang sudah hafal maka ditindaklanjuti dengan merenungi, memikirkan, dan mencari faedah dari apa yang dibaca. Hal ini sebagaimana difirmankan Allah :



    “Artinya : Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran”. (Shad : 29).



    Adapun pelaksanaannya yaitu dengan pengamalan, pemahaman dan pendalaman. Allah subhanahu wa Ta’ala telah menurunkan Al-Qur’an untuk diamalkan, dikaji dan didalami. Allah berfirman :



    “Artinya : Dan Al-Qur’an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertaqwalah agar kamu diberi rahmat”. (Al-An’am : 155).

    Al-Qur’an ini diturunkan untuk diamalkan dan diikuti. Tidak semata-mata hanya untuk dibaca dan dihafal. Karena menghafal dan membaca itu sekedar perantara saja. Adapun yang dimaksudkan adalah memahami kitab dan sunnah disertai dengan keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya dan melaksanakan perintah-perintah Allah dan meninggalkan larangan-larangannya. Hal itu terkumpul dalam perintah Allah Ta’ala di dalam surat At-Taubah : 71.



    “Artinya : Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah ; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (At-Taubah : 71).



    Ayat ini merupakan kumpulan dari ayat-ayat yang secara menyeluruh menjelaskan sifat-sifat mukmin dan mukminat dan akhlaknya yang agung serta apa-apa yang diwajibkan atas mereka. Maka firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.



    “Artinya : Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong sebagian yang lain”. (At-Tubah : 71).



    Ayat ini menunjukkan bahwa sesungguhnya mukminin dan mukminat, mereka itu adalah saling menjadi wali satu sama lain, mereka saling memberi nasehat dan saling mencintai karena Allah dan saling berwasiat tentang kebenaran dan kesabaran dan saling tolong menolong dalam kebajikan dan taqwa. Demikian sifat mukminin dan mukminat.

    Seorang mukminin menjadi wali atas saudaranya fillah, yang laki-laki dan perempuan. Seorang mukminat menjadi wali bagi saudaranya fillah, baik yang laki-laki dan perempuan. Masing-masing diantara mereka merasa senang terhadap kebaikan (yang diperoleh) saudaranya. Mereka mendoakan kebaikannya, turut bahagia atas keistiqamahan saudaranya dan mencegah keburukan yang akan menimpanya, tidak melakukan ghibah padanya, tidak berbicara yang dapat menjatuhkan kehormatannya, tidak mengadu domba tidak memberikan persaksian palsu atasnya dan tidak memakinya, serta tidak memanggilnya dengan panggilan bathil. Demikianlah akhlak mukminin dan mukminat.

    Manakala kau dapatkan dirimu menyakiti saudaramu fillah baik laki-laki atau perempaun misalkan dengan mengghibah, mencela, mengadu domba atau mendustainya dan lain semisalnya, ketahuilah bahwa keimananmu kurang atau engkau adalah orang yang lemah iman. Seandainya keimananmu itu benar-benar lurus lagi sempurna, niscaya kamu tidak akan mendhalimi saudaramu atau melakukan ghibah dan adu domba, atau memanggilnya dengan panggilan-panggilan bathil, atau memberikan persaksian palsu atau sumpah palsu atau mencacinya dan semisalnya. Maka keimanan kepada Allah, dan rasul-Nya, taqwa kepada Allah, kebaikan dan hidayah, kesemuanya itu mencegah seseorang melakukan tindakan yang menyakitkan saudaranya fillah baik laki-laki atau wanita. Mereka dilarang melakukan ghibah, cacian, kedustaan, memanggil dengan sebutan yang bathil, mempersaksikan dengan kedustaan dan berbagi macam tindak kezhaliman. Keimanan seseorang yang benar, merintangi dan menghalangi untuk berbuat berbagi tindakan yang menyakitkan saudaranya.

    Allah berfirman :

    “Artinya : ….. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar,…..” (At-Taubah : 71).



    Inilah kewajiban yang besar yang didalamnya ada kebaikan bagi umat, kemenangan bagi agama dan terhindarnya sebab-sebab kebinasaan, kemaksiatan dan kejahatan.

    Sudah selayaknya bagi mukminin dan mukminat untuk amar ma’ruf nahi mungkar. Seorang mukmin tidak akan berdiam diri melihat kemungkaran yang terjadi pada saudaranya, pastilah ia berusaha untuk mencegahnya. Apabila melihat pada diri saudara, bibi atau saudari perempuan yang lain melakukan kemaksiatan pastilah mereka akan mencegahnya. Apabila melihat pada diri saudaranya fillah meremehkan kewajiban pastikah akan mengingkarinya dan memerintahkannya kepada kebaikan. Itu semua dilakukan dengan bijak dan cara yang baik. Seorang mukmin apabila melihat saudaranya bermalas-malas dalam menunaikan shalat, melakukan ghibah, adu domba, minum khamr, merokok, mabuk-mabukan, durhaka kepada orang tua, memutuskan tali persaudaraan, pastilah ia akan mengingkarinya dengan ucapan yang baik dan cara yang tepat, ia tidak menuduhnya dengan sebutan yang dibenci atau dengan cara yang kasar. Allah telah memberikan penjelasan bahwa hal tersebut adalah dilarang.

    Demikian pula jika ia melihat kemungkaran pada diri saudara perempuannya fillah, ia harus mengingkarinya. Seperti tatkala dia tidak patuh kepada orang tuanya, berlaku buruk pada suaminya, meremehkan pendidikan anak-anaknya atau meremehkan shalatnya, maka seorang mukmin harus mengingkarinya, baik (ia itu) suaminya, ayahnya, saudaranya, kemenakannya atau bahkan tidak ada hubungan kekerabatan dengannya. Sebaliknya jika seorang mukminah melihat pada diri suaminya sikap meremehkan (kewajiban), ia pun harus melarangnya. Seperti, jika ia melihat suaminya minum khamr, merokok,meremehkan shalat atau suaminya shalat fardhu di rumah (tidak di masjid), maka ia harus mengingkarinya dengan cara yang baik dan ucapan yang baik pula. Seperti dengan mengatakan (kepada suaminya), “Wahai Hamba Allah, bertaqwalah kepada Allah ! Sesungguhnya perbuatan itu tidak boleh kamu lakukan. Peliharalah shalat jama’ah. Tinggalkanlah apa yang telah diharamkan Allah kepadamu dari minuman yang memabukkan, merokok, mencukur jenggot, memanjangkan kumis atau isbal”.

    Kemungkaran-kemungkaran ini wajib diingkari oleh setiap orang beriman. Maka hal ini wajib atas suami dan istri, saudara, kerabat, tetangga, teman duduk dan yang lain untuk menegakkan kewajiban ini. Sebagaimana firman Allah :



    “Artinya : …. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar ….”. (At-Taubah : 71).



    Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

    “Artinya : Sesungguhnya, apabila manusia telah melihat kemungkaran, lalu ia tidak mau merubahnya, dikhawatirkan Allah akan meratakan adzab-Nya”.

    “Artinya : Barangsiapa di antara kamu sekalian yang melihat kemungkaran, maka hendaklah ia merubah dengan tangannya, jika tidak mampu maka dengan lisannya, jika tidak mampu maka dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemah iman”.



    Perintah ini berlaku umum untuk seluruh bentuk kemungkaran, baik yang terjadi di jalan-jalan, di rumah, di masjid, di kapal terbang, di kereta api, di mobil atau di tempat mana saja. Perintah amar ma’ruf nahi mungkar itu berlaku secara umum baik kepada laki-laki atau perempuan. Baik laki-laki maupun perempuan harus berbicara tentang amar ma’ruf dan nahi mungkar. Karena amar ma’ruf nahi mungkar membawa kebaikan dan keselamatan untuk semua pihak. Tak seorangpun boleh berdiam diri dari amar ma’ruf nahi mungkar semata-mata karena takut kepada setiap muslim atau takut kepada suami, saudara laki-laki atau fulan dan fulan. Setiap muslim harus tetap beramar ma’ruf nahi mungkar dengan cara yang baik dan ucapan yang mengena, tidak dengan cara yang kasar dan keras. Disamping juga memperhatikan waktu yang tepat. Ada kalanya, seseorang tidak bisa menerima pengarahan pada waktu tertentu, tetapi ia bisa menerima pengarahan pada waktu yang lain, bahkan dengan lapang dada.



    Selayaknya, seorang mukmin dan mukminah senantiasa memperhatikan timing yang tepat dalam beramar ma’ruf nahi mungkar. Janganlah berputus asa apabila ditolak pada hari itu. Sebab bisa jadi akan diterima besok lusa. Seorang mukmin dan mukminah janganlah berputus asa dalam mengingkari kemungkaran, tetapi hendaklah terus menerus dilakukannya. Hendaklah selalu menegakkan amar ma’ruf dan an-nasihah untuk hamba-Nya disertai dengan husnudhan dan mengharap besarnya pahala yang ada di sisi Allah.

    Selanjutnya Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

    “Artinya : Mereka menegakkan shalat dan membayar zakat”.

    Demikianlah karakteristik mukminin dan mukminat, mereka selalu menegakkan shalat dan menjaga ketetapan waktunya. Bagi laki-laki melaksanakan shalat di masjid secara berjamaah bersama para ikhwan yang lain. Mereka bergegas menuju masjid tatkala mendengar muadzin berseru : “Hayya ‘alash shalaah hayya ‘alal-falaah”. Mendengar serua muadzin itu mereka akan bersegera ke masjid di setiap saat.

    Menjadi kewajiban bagi setiap mukmin untuk takut kepada Allah dalam meninggalkan shalat berjamaah, serta berhati-hati terhadap musibah yang banyak menimpa manusia (musibah tidak shalat berjamaah). Berlindunglah kepada Allah dari akibat shalat di rumah dan ketinggalan shalat di masjid. Keadaan mereka nyaris menyerupai keadaan kaum munafik. Ia melaksanakan shalat farhdu di rumah, padahal Allah telah mengaruniakan kesehatan kepadanya, barangkali juga ia mengakhirkan shalat Shubuh hingga terbitnya matahari, bahkan sampai waktu ia akan berangkat kerja baru melaksanakan shalat Shubuh, atau bahkan ia tinggalkan shalat sama sekali. Ini adalah musibah yang besar dan kemungkaran yang membahayakan, karena shalat adalah tiangnya Islam. Barangsiapa menjaga berarti menjaga agamanya, barangsiapa menyia-nyiakannya tentulah ia akan lebih menyia-nyiakan hal yang lain, barangsiapa meninggalkannya maka termasuk kafir. Hal ini didasarkan pada sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut :



    ” Artinya : Perjanjian yang mengikat antara kita dengan mereka adalah shalat, barangsiapa meninggalkannya maka telah kafir”.



    Kafirnya orang yang meninggalkan shalat adalah berlaku umum bagi laki-laki dan juga wanita. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih menegaskan lagi dalam sabdanya :



    “Artinya : Batas antara seseorang (mukmin) dengan kekafiran atau kemusyrikan adalah meninggalkan shalat”.



    Tidak dibenarkan bagi mukminin dan mukminat meremehkan perkara shalat. Bagi laki-laki, tidak boleh menunaikan shalat di rumah dengan meninggalkan jamaah di masjid, bahkan menjadi kewajiban bagi laki-laki untuk menunaikannya di masjid.

    Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

    “Artinya : Barangsiapa mendengar adzan kemudian tidak mendatanginya, maka tidak ada shalat baginya kecuali karena udzur”.



    Telah datang menghadap Nabi seorang laki-laki lalu berkata : “Ya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, saya seorang yang buta, saya tidak mempunyai penunjuk jalan yang dapat menghantarkan saya ke masjid, apakah ada keringanan bagi saya untuk shalat di rumah ?” Nabi bersabda : “apakah Anda mendengar panggilan adzan untuk shalat ?” Dia menjawab : “Saya mendengar”. Nabi bersabda : “Datangilah panggilan adzan itu”.

    Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak memberi rukhsah (keringanan) bagi laki-laki tadi padahal sesungguhnya dia buta, dia tidak memiliki seorang penunjuk jalan yang membimbingnya ke masjid. Bagaimana dengan laki-laki yang keadaan penglihatannya sehat ?!!.

    Telah dikuatkan dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang keharusan mendatanngi shalat jamaah di masjid dengan sabdanya :



    “Artinya : Sungguh aku ingin sekali perintahkan segera ditunaikannya iqamat untuk shalat dan akan aku perintahkan di antara kalian agar salah seorang mengimami shalat, di saat itulah aku ingin pergi bersama para laki-laki yang sudah siap dengan kayu bakar, menuju rumah kaum lelaki yang tidak shalat berjamaah dan akan aku bakar rumah-rumah mereka”.



    Hal ini menunjukkan besarnya perintah tersebut, maka wajiblah bagi kaum muslimin memperhatikan shalat jamaah dan untuk bersegera mendatangi masjid setiap kali mendengar adzan. Waspadalah dari rasa malas dan berat hati melaksanakan shalat jamaah, sebab keduanya adalah merupakan sifat-sifat orang munafik. Na’udzubillah kita berlindung kepada Allah dari sifat-sifat mereka.

    Allah berfirman :

    “Artinya : Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut nama Allah kecuali sedikir sekali”. (An-Nisaa’ : 142).



    Wajib atas setiap muslim dan muslimah untuk memperhatikan masalah shalat karena shalat adalah pilar penyangga Islam, shalat merupakan rukun Islam terbesar setelah dua kalimat syahadat, barangsiapa menjaganya berarti telah menjaga agamanya, barangsiapa menyia-nyiakannya berarti menyia-nyiakan agamanya. –Wala haula wala quwwata illa billah–. Barangsiapa menjaga shalatnya, menegakkannya dengan khusyuk dan tidak mendahului imam, maka mereka mendapat kebahagiaan sebagaimana firman Allah :



    “Artinya : Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya”. (Al-Mukminun : 1-2).

    Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

    “Artinya : Seburuk-buruk pencurian yang terjadi pada manusia adalah ; ‘manusia yang mencuri dalam shalatnya’. Sahabat bertanya : ‘Bagaimana terjadi pencurian dalam shalat ?’. Nabi Menjawab :’Shalat yang tidak sempurna rukuknya atau sujudnya”.



    Ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat seorang laki-laki yang buruk dalam melakukan shalat, yaitu dengan tidak menyempurnakan rukuknya atau sujudnya, maka Nabi memerintahkan laki-laki tersebut agar mengulangi lagi shalatnya.

    Nabi bersabda :

    “Artinya : Apabila engkau menunaikan shalat, maka sempurnakanlah wudlu, kemudian menghadaplah qiblat, kemudian bertakbirlah, bacalah apa yang mudah bagimu dari sebagian surat Al-Qur’an, rukuklah hingga sempurna rukukmu (tumakninah) kemudian beridirilah hingga lurus tegak, kemudian sujudlah hingga tumakninah sujudmu, kemudian angkatlah kepalamu dari sujud hingga engkau tumakninah dudukmu, kemudian sujudlah hingga tumakninah sujudmu dan kemudian lakukanlah hal itu dalam seluruh shalatmu”.



    Kebanyakan manusia melakukan shalat dengan mematuk (gerakan terlalu cepat seperti ayam mematuk makanan). Tidak diragukan lagi bahwa perbuatan itu adalah mungkar. Barangsiapa melakukan shalat dengan mematuk maka batal-lah shalatnya berdasarkan hadits tersebut diatas.

    Shalat wajib dilakukan secara tumakninah dalam hal rukuk, sujud, i’tidal setelah rukuk, antara dua sujud dan berhati-hati untuk tidak mendahului imam. Apabila imam bertakbir janganlah segera langsung takbir tapi tunggulah hingga suara takbir imam selesai. Apabila imam berseru “Allahu Akbar” untuk rukuk maka janganlah langsung rukuk, tunggulah hingga imam lurus rukuknya dan berhenti, setelah itu lakukan rukuk. Demikianlah pula dalam sujud, janganlah mendahului imam, jangan pula bersamaan dengan imam, tidak boleh bersamaan dengan imam tidak boleh pula mendahului imam.

    Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

    “Artinya : Sesungguhnya aku adalah imam kalian maka janganlah kalian mendahuluiku dalam rukuk dan sujud, ketika berdiri atau ketika mengakhiri shalat”

    “Artinya : Sesungguhnya seseorang itu diangkat menjadi imam untuk diikuti maka janganlah kalian menyelisihinya, apabila imam takbir ikutilah kalian takbir dan janganlah kalian takbir hingga imam terlebih dahulu takbir dan apabila imam rukuk maka rukuklah kalian dan janganlah kalian rukuk hingga imam terlebih dahulu rukuk, apabila imam mengucap ‘Sami ‘allahu liman hamidah’ berucaplah, ‘Rabbana wa lakal hamdu’. Apabila imam sujud maka sujudlah dan janganlah kalian sujud hingga imam terlebih dahulu sujud”.



    Perkara ini sesungguhnya telah jelas –bagi setiap yang ingin melakukan shalat sesuai dengan tuntunan Allah– akan tetapi sebagian manusia tidak sabar melakukannya, mereka cenderung bersegera dan mendahului imam dalam gerakan shalat –Wal iyadu billah– Wajiblah bagi kita untuk mewaspadai hal itu.



    Salah satu upaya untuk menjaga shalat fajar tepat pada waktunya dan melaksanakannya secara berjamaah, maka hendaklah seseorang bersegera untuk tidur dan tidak begadang terlalu malam.



    Adalah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membenci tidur sebelum Isyak dan ngobrol sesudahnya.



    Disyariatkan bagi mukminin dan mukminat mencurahkan segala kemampuannya untuk menjaga shalat agar tepat pada waktunya tidak begadang setelah Isyak, karena hal itu terkadang menjadikan seseorang ketiduran –ketinggalan Shalat Fajar–. Seyogyanyalah pada saat-saat yang perlu dicermati ini kita saling tolong menolong agar bisa melaksanakannya. Sebagaimana layaknya tolong menolong antar anggota keluarga dalam menunaikan urusan shalat Fajar ini.

    Allah berfirman :

    “Artinya : Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”. (Al-Maidah : 2)

    “Artinya : Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”. (Al-Ashr : 1-3).



    Wajib bagi kaum muslimin saling memberi nasehat dan berwasiat tentang kebenaran, tolong menolong dalam kebaikan, dan amar ma’ruf nahi mungkar sebelum terjadinya hukuman dari Allah. Telah ada hadist shahih dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkenan dengan perkara tersebut :



    “Artinya : Sesungguhnya manusia, apabila melihat kemungkaran dan tidak berupaya untuk merubahnya, dikhawatirkan Allah akan menyegerakan hukuman bagi mereke secara umum”.

    “Artinya : Ad-dien itu adalah nasihat, ad-dien itu adalah nasihat, ad-dien itu adalah nasihat’. (Nasihat artinya sucinya hati atau ikhlas). Maka bertanyalah sahabat, ‘Untuk siapa Ya Rasulullah ?’. Nabi menjawab : ‘Untuk Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya dan Imam-imam kaum muslimin, serta kaum muslimin semuanya”.



    Berkata Jarir bin Abdullah Al-Bajaliy Radhiyallahu anhu.

    “Artinya : Aku membai’at Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menegakan shalat, menunaikan zakat dan nasehat untuk setiap muslim”.

    Disyari’atkan bagi setiap muslim manakala mendengar ajaran yang berfaedah agar menyampaikannya kepada yang lain, demikian pula muslimat agar supaya menyampaikan kepada yang lain, manakala mendengar ilmu yang bermanfaat. Hal ini berdasarkan sabda Nabi, “Sampaikan ajaran dariku sekalipun hanya satu ayat”.

    Adalah Nabi manakala berkhotbah di hadapan manusia beliau bersabda : “Hendaklah orang yang menyaksikan (hadir) menyampaikan kepada yang tidak hadir, adakalanya seorang penyampai ajaran (mubaligh) tidak lebih menguasai dari yang sekedar mendengar”.

    Sabdanya lagi :

    “Artinya : Barangsiapa meniti jalan dalam rangka mencari ilmu maka Allah akan permudah baginya jalan menuju jannah”.



    Termasuk dalam hadits ini adalah, bagi siapa saja yang datang ke masjid, atau tempat yang terdapat disana halaqah ilmu dan pengajaran ilmu yang bermanfaat. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :



    “Artinya : Barangsiapa yang dikehendaki Allah dengan kabaikan, maka Allah fahamkan dia terhadap agama.



    Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

    “Artinya : Allah pasti melihat dengan kasih sayang-Nya terhadap seseorang yang mendengar perkataanku (Nabi), lalu meresponnya dengan baik kemudian melaksanakannya sebagaimana yang di dengar, adakalanya pembicara (mubaligh) itu lebih pandai daripada pendengar adakalanya mubaligh itu menyampaikan kepada yang lebih pandai darinya”.

    “Artinya : Tidalah suatu kaum itu berkumpul di rumah-rumah Allah, kemudian mereka membaca kitabullah dan saling mengajarkan di antara mereka kecuali rasa tenang akan turun kepada mereka, mereka akan Allah dengan rahmat dan akan dikelilingi Malaikat serta mereka diingat Allah tentang apa-apa yang ada di sisi-Nya”.



    Ini menunjukkan disyariatkannya berlomba dalam halaqah ilmu, menaruh perhatian besar terhadapnya, dan tamak untuk berkumpul dalam rangka tilawatul qur’an dan saling mengajarkannya.

    Diantaranya ialah mendengarkan acara-acara keagamaan, penyampaian hadits-hadits yang bermanfaat, penyiaran tilawah qur’an yang dipandu oleh mereka yang dipandang mampu dalam bidang ilmu agama dan bashirah (hujjah) serta kebaikan aqidah.

    Sebagaimana sudah dimaklumi, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan jin dan manusia untuk beribadah kepada-Nya. Ibadah, sudah semestinya dilakukan berdasarkan ilmu. Manusia tidak akan mengerti hakekat ibadah yang telah dibebankan kepadanya kecuali dengan belajar dan mendalami agama. Allah berfirman :



    “Artinya : Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. (Adz-Dzariyat : 56).

    Ibadah yang bagaimanakah yang diwajibkan kepada kita untuk mempelajari dan mempelajarinya ? Yaitu segala sesuatu yang disyari’atkan Allah dan dicintainya untuk dilakukan hamba-Nya, seperti shalat, zakat, shiyam dan selainnya. Kemudian Allah berfirman :



    “Artinya : Dan orang-orang yang membayar zakat”.

    Zakat adalah haqqul mal, Allah mewajibkan kepada setiap muslim untuk mengeluarkan zakat dari sebagian hartanya kepada yang berhak menerima. Allah mewajibkan bagi pembayar zakat agar ikhlas karena Allah berharap pahala-Nya serta takut terhadap hukumannya. Allah berfirman :



    “Artinya : Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin”. (At-taubah : 60).



    Kemudian Allah melanjutkan firman-Nya :

    “Artinya : Mereka mentaati Allah dan Rasul-Nya”.

    Setelah Allah menyebutkan shalat, zakat, loyalitas diantara kaum mukmin, amar ma’ruf nahi mungkar, Allah berfirman :



    “Artinya : Mereka mentaati Allah dan Rasul-Nya”.

    Yaitu, (taat) dalam segala sesuatu, seperti taat dalam masalah amar ma’ruf nahi mungkar, shalat dan zakat. Pendek kata, mentaati Allah dalam segala hal.

    Demikian sifat mukminin dan mukminat, yaitu mereka selalu mentaati Allah dan Rasul-Nya dalam setiap perintah dan larangan-Nya dimanapun mereka berada. Agama seseorang tidak akan sempurna kecuali dengan ketaatan yang utuh kepada-Nya.

    Allah berfirman :

    “Artinya : Mereka itulah orang-orang yang akan mendapat karunia Allah”.

    Kemudian Allah menjelaskan bahwasanya orang-orang yang istiqamah dalam agamanya, menunaikan kewajiban terhadap Allah, mentaati-Nya dan mentaati Rasulullah Shallalalhu ‘alaihi wa sallam, mereka itulah yang berhak mendapat karunia di dunia dan di akhirat karena ketaatannya kepada Allah, keimanan dengan-Nya serta pelaksanaan kewajiban terhadap-Nya.

    Hal itu juga menunjukkan bahwa sesungguhnya bagi orang yang berpaling, lalai dan orang-orang yang mengabaikan kewajiban, maka bagi mereka sama halnya dengan menyodorkan dirinya untuk di adzab Allah dan dimurkai-Nya.

    Rahmat Allah bisa diperoleh dengan amal shalih dan kesungguhan dalam mentaati Allah dan menegakkan perintah-perintah-Nya. Barangsiapa berpaling serta mengikuti hawa nafsu atau setan, maka baginya naar pada hari kiamat.

    Allah berfirman :

    “Artinya : Adapun orang-orang yang melampui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya narlah tempat tinggal(nya). Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Rabbnya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya. Maka sesungguhnya janahlah tempata tinggal(nya)”. (An-Naziat : 38-41).

    Kita memohon kepada Allah dengan Asma’ul Husna-Nya dan sifat-sifat-Nya yang tinggi, semoga Allah menunjukkan kita dan segenap kaum muslimin kepada ilmu yang bermanfaat dan amal yang shalih, semoga Allah memperbaiki hati kita dan amal kita sekalian, semoga Allah memberi rezeki berupa kemampuan melaksanakan Tawashau bil haq dan tawashau bish shabr, tolong menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan, mengutamakan akhirat atas dunia, mempunyai keinginan untuk tetap memiliki keselamatan hati dan amal, ambisi untuk bermanfaat bagi kaum muslimin di manapun mereka berada.

    Kita memohon kepada Allah semoga Dia memenangkan agama-Nya, meninggikan kalimat-Nya, membimbing para pemimpin kaum muslimin keseluruhan, memperbaiki hati dan amal mereka, memberi mereka pemahaman agama dan kelapangan hati untuk berhukum dan memutuskan perkara dengan syari’at-Nya, tetap istiqamah di jalan-Nya. Mudah-mudahan Allah senantiasa melindungi kita dan seluruh kaum muslimin di segala penjuru dari berbagai macam fitnah dan ujian, menghinakan musuh-musuh Islam di manapun mereka berada, membatasi ruang lingkup kekuasaan mereka, serta menolong ikhwan-ikhwan kita para mujahidin fie sabilillah di setiap tempat. Sesungguhnya Allah pemimpin kaum muslimin dan Maha Kuasa atasnya.

    Wa shalallahu wasallam ‘ala nabiyina Muhammadin wa alihi shahbihi ajma’iin.

    Disalin dari buku Akhlaqul Mukminin wal Mukminat, dengan edisi Indonesia Akhlak Salaf, Mukminin dan Mukminat, oleh Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz, hal. 50-58, terbitan Pustaka At-Tibyan, penerjemah Ihsan 


    Diposkan oleh Uwais Abdulloh

    • Digg
    • Del.icio.us
    • StumbleUpon
    • Reddit
    • RSS

    WARNING = Kasus Century dan Keteladan Gubernur Said bin Amir

    Kasus Bank Century sekali lagi membuka mata kita bahwa negeri ini telah kacau pengaturan ekonominya. Kerakusan harta seolah-olah menjadi biasa bila yang bertindak adalah para pejabat tinggi di negeri ini. Para wakil rakyat yang mengusutnya pun sebenarnya bukan orang-orang yang bersih. Dibanding dengan kinerjanya yang ‘berjamaah’, gaji 60 juta per bulan untuk para anggota DPR sebenarnya mengusik nurani kita.

    Apakah tidak sebaiknya gaji wakil rakyat itu 30 juta saja per bulan, dengan melihat rakyat negeri kita yang miskin masih lebih dari 40 juta?

    Sulit rasanya negeri ini akan makmur bila para pemimpinnya mulai dari yang teratas hingga ke bawah masih tamak terhadap harta negara. Tidak mudah mengubah perilaku tradisi buruk para pemimpin negeri ini yang telah sistemik. Tapi marilah kita baca sejenak kisah teladan hebat dari seorang gubernur sahabat Rasulullah saw yang bernama Said bin Amir al Jumahi.

    Keteladanan Said bin Amir

    Sejarawan Islam Dr. Abdurrahman Ra’fat Basya menempatkan tokoh sepanjang zaman ini dalam urutan pertama dalam kitabnya Shuwarum min Hayatis Shahabat. Bahkan Sayyidina Umar pun terpana melihat budi kepemimpinannya.

    Said bin Umar al Jumahi, termasuk seorang pemuda di antara ribuan orang yang pergi ke Tan’im, di luar kota Mekah. Mereka berbondong-bondong ke sana, dikerahkan para pemimpin Quraisy untuk menyaksikan pelaksanaan hukuman mati terhadap Khubaib bin Adi, yaitu seorang sahabat Nabi yang mereka hukum tanpa alas an.

    Dengan semangat muda yang menyala-nyala, Said maju menerobos orang banyak yang berdesak-desakan. Akhirnya dia sampai ke depan, sejajar dengan tempat duduk orang-orang penting, seperti Abu Sufyan bin Harb, Shafwan bin Umayah dan lain-lain.

    Kaum kafir Quraisy sengaja mempertontonkan tawanan mereka dibelenggu. Sementara para wanita, anak-anak dan pemuda, menggiring Khubaib ke lapangan maut. Mereka ingin membalas dendam terhadap Nabi Muhammad saw, serta melampiaskan sakit hati atas kekalahan mereka dalam perang Badar.

    Ketika tawanan yang mereka giring sampai ke tiang salib yang telah disediakan, Said mendongakkan kepala melihat kepada Khubaib bin Adi. Said mendengar suara Khubaib berkata dengan mantap,”Jika kalian bolehkan, saya ingin shalat dua rakaat sebelum saya kalian bunuh…”

    Kemudian Said melihat Khubaib menghadap ke kiblat (Ka’bah). Dia shalat dua rakaat. Alangkah bagus dan sempurnanya shalatnya itu. Sesudah shalat, Khubaib menghadap kepada para pemimpin Quraisy seraya berkata,”Demi Allah! Seandainya kalian tidak akan menuduhku melama-lamakan shalat untuk mengulur-ngulur waktu karena takut mati, niscaya saya akan shalat lagi.” Mendengar ucapan Khubaib tersebut, Said melihat para pemimpin Quraisy naik darah, bagaikan hendak mencincang-cincang tubuh Khubaib hidup-hidup.

    Kata mereka, ”Sukakah engkau si Muhammad menggantikan engkau, kemudian engkau kami bebaskan?”

    “Saya tidak ingin bersenang-senang dengan istri dan anak-anak saya, sementara Muhammad tertusuk duri,”jawab Khubaib mantap.

    “Bunuh dia! Bunuh dia!” teriak orang banyak. Said melihat Khubaib telah dipakukan ke tiang salib. Dia mengarahkan pandangannya ke langit sambil berdoa,”Ya Allah! Hitunglah jumlah mereka! Hancurkan mereka semua. Jangan disisakan seorang jua pun!”

    Tidak lama kemudian Khubaib menghembuskan nafasnya yang terakhir di tiang salib. Sekujur tubuhnya penuh dengan luka-luka karena tebasan pedang dan tikaman tombak yang tak terbilang jumlahnya.

    Kaum Kafir Quraisy kembali ke Mekah biasa-biasa saja. Seolah-olah mereka telah melupakan peristiwa maut yang merenggut jiwa Khubaib dengan sadis. Tetapi Said bin Amir al Jumahi yang baru meningkat remaja tidak dapat melupakan Khubaib walau ‘sedetikpun’. Sehingga dia bermimpi melihat Khubaib menjelma dihadapannya. Dia seakan-akan melihat Khubaib menjelma di hadapannya. Dia seakan-akan melihat Khubaib shalat dua rakaat dengan khusyu’ dan tenang di bawah tiang salib. Seperti terdengar olehnya rintihan suara Khubaib mendoakan kaum kafir Quraisy. Karena itu Said ketakutan kalau-kalau Allah SWT segera mengabulkan doa Khubaib, sehingga petir dan halilintar menyambar kaum Quraisy.

    Keberanian dan ketabahan Khubaib menghadapi maut mengajarkan Said beberapa hal yang belum pernah diketahuinya selama ini.

    Pertama, hidup yang sesungguhnya adalah hidup beraqidah, beriman, kemudian berjuang mempertahankan aqidah itu sampai mati.

    Kedua, iman yang telah terhunjam di hati seseorang dapat menimbulkan hal-hal yang ajaib dan luar biasa.

    Ketiga, orang yang paling dicintai Khubaib ialah sahabatnya, yaitu seorang Nabi yang dikukuhkan dari langit.

    Sejak itu Allah SWT membukakan hati Said bin Amir untuk menganut agama Islam. Kemudian dia berpidato di hadapan khalayak ramai, menyatakan: ‘alangkah bodohnya orang Quraisy menyembah berhala’. Karena itu dia tidak mau terlibat dalam kebodohan itu. Lalu dibuangnya berhala-berhala yang dipujanya selama ini. Kemudian diumumkannya, mulai saat itu dia masuk Islam.

    Tidak lama sesudah itu, Said menyusul kaum Muslimin hijrah ke Madinah. Di sana dia senantiasa mendampingi Nabi saw. Dia ikut berperang bersama beliau, mula-mula dalam peperangan Khaibar. Kemudian dia selalu turut berperang dalam setiap peperangan berikutnya.

    Setelah Nabi saw berpulang ke rahmatullah, Said tetap menjadi pembela setia Khalifah Abu Bakar dan Umar. Dia menjadi teladan satu-satunya bagi orang-orang mukmin yang membeli kehidupan akhirat dengan kehidupan dunia. Dia lebih mengutamakan keridhaan Allah dan pahala daripada-Nya di atas segala keinginan hawa nafsu dan kehendak jasad.

    Kedua khalifah Rasulullah, Abu Bakar dan Umar bin Khattab, mengerti bahwa ucapan-ucapan Said sangat berbobot dan taqwanya sangat tinggi. Karena itu keduanya tidak keberatan mendengar dan melaksanakan nasihat-nasihat Said.

    Pada suatu hari di awal pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab, Said datang kepadanya memberi nasihat. Kata Said,”Ya Umar! Takutlah kepada Allah dalam memerintah manusia. Jangan takut kepada manusia dalam menjalankan agama Allah! Jangan berkata berbeda dengan perbuatan. Karena sebaik-baik perkataan ialah yang dibuktikan dengan perbuatan. Hai Umar! Tujukanlah seluruh perhatian Anda kepada urusan kaum Muslimin, baik yang jauh maupun yang dekat. Berikan kepada mereka apa yang Anda dan keluarga sukai. Jauhkan dari mereka apa-apa yang Anda dan keluarga tidak sukai. Arahkan semua karunia Allah kepada yang baik. Jangan hiraukan cacian orang-orang yang suka mencaci.”

    “Siapakah yang sanggup melaksanakan semua itu, hai Said?” Tanya Khalifah Umar. “Tentu orang seperti Anda! Bukankah Anda telah dipercayai Allah memerintah umat Muhammad ini? Bukankah antara Anda dengan Allah tidak ada lagi suatu penghalang?”jawab Said meyakinkan.

    Pada suatu ketika Khalifah Umar memanggil Said untuk diserahi suatu jabatan dalam pemerintahan. “Hai Said! Engkau kami angkat menjadi Gubernur di Himsh!” kata Khalifah Umar.

    “Wahai Umar! Saya mohon kepada Allah semoga Anda tidak mendorong saya condong kepada dunia,” kata Said.

    “Celaka engkau!” Balas Umar marah. “Engkau pikulkan beban pemerintahan ini di pundakku, tetapi kemudian engkau menghindar dan membiarkanku repot sendiri.”

    “Demi Allah! Saya tidak akan membiarkan Anda,”jawab Said.

    Kemudian Khalifah Umar melantik Said menjadi gubernur di Himsh. Sesudah pelantikan khalifah Umar bertanya kepada Said,”Berapa gaji yang Engkau inginkan?”

    “Apa yang harus saya perbuat dengan gaji itu, ya Amirul Mukminin?”jawab Said balik bertanya. “Bukankah penghasilan saya dari Baitul Mal sudah cukup?”

    Tidak berapa lama setelah Said memerintah di Himsh, sebuah delegasi datang menghadap khalifah Umar di Madinah. Delegasi itu terdiri dari penduduk Himsh yang ditugasi Khalifah mengamat-amati jalannya pemerintahan di Himsh.

    Dalam pertemuan dengan delegasi tersebut, Khalifah Umar meminta daftar fakir miskin Himsh untuk diberikan santunan. Delegasi mengajukan daftar yang diminta khalifah. Di dalam daftar tersebut terdapat nama-nama si Fulan, dan nama Said bin Amir al Jumahi.

    Ketika Khalifah meneliti daftar tersebut, beliau menemukan nama Said bin Amir al Jumahi. Lalu beliau bertanya,”Siapa Said bin Amir yang kalian cantumkan ini?”

    “Gubernur kami!” jawab mereka. “Betulkan gubernur kalian miskin?” jawab Khalifah heran.

    “Sungguh, ya Amirul Mukminin! Demi Allah! Seringkali di rumahnya tidak kelihatan tanda-tanda api menyala (tidak memasak),” jawab mereka meyakinkan.

    Mendengar perkataan itu, Khalifah Umar menangis, sehingga air mata beliau meleleh membasahi jenggotnya. Kemudian beliau mengambil sebuah pundit-pundi berisi uang seribu dinar.

    “Kembalilah kalian ke Himsh. Sampaikan salamku kepada Gubernur Said bin Amir, dan uang ini saya kirimkan untuk beliau, guna meringankan kesulitan-kesulitan rumah tangganya,”ucap Umar sedih.

    Setibanya di Himsh, delegasi itu segera menghadap Gubernur Said, menyampaikan salam dan uang kiriman Khalifah untuk beliau. Setelah Gubernur Said melihat pundi-pundi berisi uang dinar, pundi-pundi itu dijauhkannya dari sisinya seraya berucap, inna lillahi wa inna ilaihi raji’un (kita milik Allah dan pasti kembali kepada Allah).

    Mendengar ucapannya itu, seolah-olah suatu mara bahaya sedang menimpanya. Karena itu istrinya segera menghampiri seraya bertanya,”Apa yang terjadi, hai Said? Meninggalkah Amirul Mukminin?”

    “Bahkan lebih besar dari itu!” jawab Said sedih. “Apakah tentara kaum Muslimin kalah berperang?” tanya istrinya lagi. “Jauh lebih besar dari itu!” jawab Said tetap sedih. “Apa pulalah gerangan yang lebih dari itu?” tanya istrinya tak sabar. “Dunia telah datang untuk merusak akhiratku. Bencana telah menyusup ke rumah tangga kita,” jawab Said mantap.

    “Bebaskan dirimu daripadanya!”kata istri Said memberi semangat, tanpa mengetahui perihal adanya pundi-pundi uang yang dikirimkan Khalifah Umar untuk pribadi suaminya.

    “Maukah engkau menolongku berbuat demikian?” Tanya Said.

    “Tentu!” jawab istrinya bersemangat. Maka Said mengambil pundi-pundi uang itu, lalu disuruhnya istrinya membagi-bagikan kepada fakir miskin…*[hidayatullah.com]

    *)Penulis adalah Sekjen DDII Kota Depok. Kisah ini adalah cuplikan dari kitab Shuwarum min Hayatis Shahabat. Tahun 1984, tokoh Islam Mohammad Natsir mempercayakan terjemahan buku ini kepada H. Ma’mur Daud. Akhirnya diterbitkan dengan judul “Kepahlawanan Generasi Sahabat Rasulullah saw”, penerbit Media Da’wah. 


    Oleh: Nuim Hidayat *

    • Digg
    • Del.icio.us
    • StumbleUpon
    • Reddit
    • RSS

    Pengikut