ahmad hudori. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Bedah MLM 1: Retail vs MLM

Rekan-rekan Surfer Internet yang bebahagia,
Setelah saya mempostingkan artikel tentang “Sejarah MLM”, jelas sudah bahwa MLM itu sesungguhnya hanya suatu sistem pemasaran. Alasan utamanya sama dengan sistem pemasaran lain (non-MLM) yaitu produsen ingin menyebar-luaskan produk yang dipasarkannya ke masyarakat (konsumen) seluas-luasnya. Pembedanya adalah bahwa pada sistem non-MLM, orang-orang pemasaran digaji atau diberi upah atau memperoleh fee penjualan dari produsen secara berlapis-lapis, membagi selisih harga konsumen dengan harga produsen (harga pabrik). Pada sistem MLM, perusahaan mempergunakan perusahaan lain yang bergerak dalam bidang pemasaran produk dan keuntungan perusahaan pemasaran itu diperoleh dari selisih harga produsen dengan harga konsumen akhir ditambah bonus ekstra setelah si perusahaan pemasaran memperoleh jumlah pelanggan tertentu. Perusahaan pemasaran itu selanjutnya menjadi perusahaan MLM.
Pada kasus pemasaran produk Nutrilite, jelas bahwa perusahaan memberi diskon kepada distributor (member MLM) sebesar 35% harga konsumen. Selain diskon perusahaan Nutrilite memberikan bonus ekstra bulanan jika jaringan distributor tersebut berhasil memperoleh 150 pelanggan baru. Kemudian setelah perusahaan ini menjadi full MLM, maka sistemnya menjadi sedikit mengalami modifikasi, yang membuat distributor “ujung tombak” tidak dapat memperoleh produk langsung ke perusahaan tetapi dia harus melalui distributor langsung (memiliki 25 distributor binaan), dan distributor langsung ini memperolehnya dari ‘leader’. Kadang-kadang leader ini pun masih ada perantara lagi yaitu sponsor. Oleh karena itu bentuk umum MLM adalah sebagai berikut:

Oleh karena diskon awal (produsen ke sponsor) adalah 35%, maka diskon (persentase keuntungan) kepada member dari leader ke bawah menjadi maksimal 21%. Ini berarti ada persentase lain dari harga konsumen yang menjadi bagian keuntungan untuk SPONSOR. Sponsor ini kadang-kadang berubah nama menjadi perusahaan SUPPORT SYSTEM, kadang-kadang pula menjadi perusahaan MLM itu sendiri. Oleh karena itu sebetulnya ada kekaburan definitif antara MLM konvensional dengan sistem PENJUALAN LANGSUNG. Yang langsung menjual ke konsumen bukan perusahaan MLM-nya, melainkan distributor langsung kepada distributor jaringannya (para downline-nya) setelah downline ini mempunyai janji transaksi dengan para konsumen.
Seharusnya, MLM itu sesuai dengan peraturan yang berlaku di Indonesia, yaitu Surat Ijin Penjualan Langsung (SIUPL) dari Kementerian Perdagangan, perusahaan  MLM memasarkan langsung kepada konsumen. Dalam hal ini konsumen dapat berupa konsumen lepas atau para member (distributor) perusahaan MLM itu sendiri. Jika ini yang dilakukan, maka perbandingan antara Retail Konvensional dengan MLM adalah seperti gambar berikut.

Perbandingan ini sangat mencerminkan proporsi harga konsumen pada produk. Dengan menggunakan harga pabrik (produsen) sama dengan 50% harga konsumen akhir, maka perbedaan harga dan keuntungan antara Retail Konvensional dengan MLM dapat digambarkan sebagai berikut.
   
Dengan gambar diatas, bahwa pada kedua sistem pemasaran, baik yang  konvensional maupun yang MLM, produsen memperoleh keuntungan yang sama sebesar 15% sebagai keuntungan pabrik. Perbedaan antara keduanya adalah pada sistem distribusi dan promosi, yang mencapai 50% harga yang dibayar oleh konsumen pada sistem RETAIL, sedangkan biaya distribusi dan promosi itu menjadi keuntungan bagi perusahaan MLM dan jaringannya.
Ilustrasi di atas juga menunjukkan bahwa sebenarnya HARGA suatu PRODUK baik yang dipasarkan melaui MLM atau RETAIL, seharusnya SAMA. Keuntungan produsen juga SAMA. Ini juga menggambarkan bahwa peringkat persentase bonus pada sistem MLM konvensional yang berkisar antara 21 hingga 25% itu adalah bonus untuk seluruh jaringan. Padahal seharusnya keuntungan itu dapat mencapai 50%. Lalu kemana yang 25 hingga 29% keuntungan? Kita tentunya menjadi paham dengan keberadaan perusahaan SUPPORT SYSTEM, bukan? Bayangkan saja Support System Company itu menjadi bagian PROMOSI dari bisnis retail, dan bonus MLM yang 21% adalah biaya DISTRIBUSI…:-) Padahal seharusnya biaya distribusi itu sama dengan 30%, bukan?
Nah sekarang dapatkah perusahaan support system itu diperkecil? Atau bahkan dihilangkan? Tentunya sangat BISA. Salah satu yang sudah membuktikan adalah PT Melia Nature Indonesia. Pertama perusahaan ini menghilangkan peringkat bonus, sehingga omzet yang sama dari distributor harus menghasilkan BONUS yang SAMA [silakan periksa di Bonus Plan Anda akan mendapati bahwa semua formula bonus akan menunjukkan omzet yang sama]. Kemudian Support System Company-nya bukan  perusahaan ‘mitra’ produsen, tetapi DISTRIBUTOR MITRA yang membentuk organisasi bisnis para LEADER atau para member senior yang sudah sukses memperoleh bonus pemasaran hingga jutaan rupiah sehari, membangun suatu Leader Commitee (LC) yang sangat berorientasi kepada MEMBER.
Hal yang perlu diingat dari operasional PT Melia Nature Indonesia ini adalah KOSEKUENSINYA dalam menerapkan PENJUALAN LANGSUNG. PT Melia Nature Indonesia hanya memiliki satu KANTOR, tidak memiliki satu pun CABANG perusahaan. TRANSAKSI hanya dapat dilakukan di KANTOR atau di AGEN (Stokis dan State Agency), secara langsung. Konsumen (atau calon member) menyerahkan uangnya ke petugas STOKIS dan langsung memperoleh PRODUK. DISTRIBUTOR (member) tugasnya HANYA mencatat secara administrasi dan menyerahkannya kepada petugas STOKIS. Dengan kata lain, SPONSOR tugasnya hanya MENGANTAR atau MEMBELIKAN produk untuk calon frontline-nya kepada STOKIS.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Pengikut