ahmad hudori. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Bedah MLM 3: MLM Tipe II

MLM Konvensional
 
MLM Tipe II ini saya sebut sebagai MLM Konvensional, dengan rumusan umum: peringkat bonus tertinggi 21% dengan format jaringan MATAHARI (bukan piramida tetapi KERUCUT). Peringkat itu secara gradual dicapai dari peringkat terkecil yaitu 3%, 6%, 9%, 12%, 15%, 18% dan 21%. Peringkat 3% sering disebut sebagai TUTUP POIN, yaitu belanja pribadi dengan nilai tertentu dan memperoleh “diskon” sebesar 3%. Seperti janji saya di halaman Bedah MLM #1,  pada posting ini saya ingin memperbandingkan sistem matahari dengan sistem Binary yang diterapkan oleh PT Melia Nature Indonesia (Bedah MLM # 4). Untuk menyamakan harga produk, maka saya kenakan Basic Sale Rp 550,000 untuk mencapai peringkat 3% pada sistem matahari yang setara dengan bonus sponsor 18,2% untuk Binary MNI.
 Misalnya pada Sistem Matahari yang kita bahas ini berlaku ketentuan seperti pada gambar berikut:

Kita lihat yang diperhitungkan sebagai hasil transaksi adalah pengumpulan point value (PV) yang dalam hal ini untuk menyamakan dengan harga di PT Melia Nature Indonesia (harga 1 paket PROPOLIS atau 1 paket MELIA BIYANG)  saya berlakukan asumsi 1 PV = Rp 1,000. Persentase diskon terendah (TUTUP POIN) adalah 3% jika distributor berhasil mengumpulkan 550 PV dalam 1 bulan, dan tertinggi 21% yang jika omzet jaringan mencapai 17,600 PV atau lebih.
Gambar diatas menunjukkan seorang distributor baru yang berhasil mengumpulkan 550 PV, tetapi dia belum memiliki jaringan atau belum berhasil mengajak satu orang downline pun. Jika produk dia beli untuk dikonsumsi sendiri, maka dia harus mengeluarkan uang Rp 550,000 dan memperoleh diskon Rp 16,500. Jika dia berhasil menjual semua belanjaannya kepada konsumen bebas (bukan member), maka dia memperoleh keuntungan eceran Rp 165,000. Dia dapat meningkatkan diskonnya jika dalam sebulan berhasil belanja dan menjual ulang produk minimal empat kali nilai tutup poin dalam sebulan, yaitu perputaran uang sebesar Rp 2,200,000 sehingga dia akan mencapai peringkat 9% (diskon pribadi mencapai  Rp 49,500) dan berhasil mengumpulkan keuntungan eceran 4 x Rp 165,000 = Rp 660,000 sehingga penghasilan total Rp 709,000 dari modal yang berputar 4 kali Rp 550,000. Keuntungan bersihnya menjadi Rp 159,000 sebulan!
Sekarang bagaimana jika dia berhasil memperoleh downline, sehingga omzet jaringannya mengantarkan dia mencapai peringkat diskon 6, 12 dan 21%? Ilustrasinya adalah seperti pada 3 ulasan gambar berikut:
 1. peringkat 6 %


Untuk mencapai peringkat 6% maka dalam 1 bulan melakukan kegiatan, distributor harus belanja Rp 550,000 untuk tutup poin dan menjual ulang seluruhnya, sehingga memperoleh diskon 6% senilai Rp 33,000. Dia harus memperoleh 3 downline yang juga melakukan tutup poin Rp 550,000, maka dia akan memperoleh tambahan diskon selisih peringkat senilai Rp 49,000. Produk TUTUP POIN-nya juga harus laku semua terjual, sehingga memperoleh keuntungan eceran Rp 165,000. Penghasilan totalnya senilai Rp 247,500. Berarti kegiatannya selama sebulan masih tekor Rp 550,000 – Rp 247,000 = Rp 302,500. Kesimpulannya distributor 6% masih merugi 55% dari TUTUP POIN, padahal dia dan jaringannya sudah menciptakan OMZET bagi perusahaan senilai Rp 2,200,000.   2. Peringkat 12%
 
Pada gambar diatas, peringkat 12% dicapai distributor dengan TUTUP POIN Rp 550,000, kemudian berhasil memperoleh downline 8 orang yang juga melakukan tutup poin Rp 550,000, sehingga omzet jaringannya sebesar Rp 4,950,000. Seperti halnya dengan hitungan 6%, maka penghasilan total distributor 12% adalah Rp 627,500. Artinya Distriutor 12% tersebut harus berhasil menjual seluruh produk TUTUP POIN-nya sehingga dia untung Rp 77,500 selama sebulan (14.1% TUTUP POIN) dan jika dibandingkan dengan OMZET jaringan keuntungan itu hanya menjadi 1,56%, suatu nilai yang cukup jauh dengan persen peringkat bonusnya yang 12%.
 3. Peringkat Maksimal 21%
 
Gambar diatas mengilustrasikan distributor yang mencapai peringkat diskon maksimal 21% karena berhasil memperoleh 6 downlines (A ~ F) kemudian masing-masing dowline memperoleh 4 downline (1 ~ 4) dan downline lapis kedua itu masing-masing memperoleh 2 downlines. Dia dan seluruh downline melakukan TUTUP POIN Rp 550,000 sehingga omzet jaringannya (79 orang termasuk dia) mencapai Rp 43,450,000. Dengan perhitungan yang sama dengan peringkat 6%, maka distributor itu harus menjual seluruh produk TUTUTUP POIN-nya kepada konsumen bebas, sehingga memperoleh penghasilan total Rp 2,953,500 sebulan. Nilai keuntungannya sebesar Rp 2,403,500 atau sebesar 457% TUTUP POIN tetapi hanya 5.53% OMZET JARINGAN. Secara sederhana dengan hitungan kasar, perusahaan mengantongi keuntungan sebesar 21% – 5.53% = 15.47 % dari OMZET jaringan
Jika keenam downline juga mencapai peringkat 21%, maka keuntungannya menjadi terjun bebas tinggal Rp 379,500, karena nilai hitungan terakhir menjadi (21% – 21%) x 78 x Rp 550,000 =  Rp 0. Maka mau tidak mau si distributor harus mencari downline baru yang TUTUP POIN. Seandainya tidak ada yang tutup poin, maka betapa pun ukuran jaringannya, bonus juga menjadi 0.  Seandainya produk tutup poin tidak laku? Maka dia akan menjadi GUDANG PRODUK. Inilah paradoks dalam MLM tipe II ini…:-(.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Pengikut