ahmad hudori. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Menguak Sejarah Ilmu Kentut, Flatologi [Bagian 4 - Tamat]

Sejarah asal mula perintisan flatology (flatologi), yakni ilmu tentang kentut, yang diawali dengan kedatangan pasien kentut berlebihan, dan diakhiri dengan tertanganinya masalah pasien tersebut oleh Dr. Levitt, telah dipaparkan di bagian pertama, kedua dan ketiga tulisan ini. Kisah nyata ini menjadi cikal bakal perkembangan pesat dan luas dari the science of flatulence (ilmu tentang kentut) di kemudian hari. Di abad ke-21, ilmu kentut telah merambah beragam bidang ilmu pengetahuan, dan diteliti para ilmuwan berbagai disiplin ilmu di pusat-pusat penelitian manca negara.

Berawal sebagai sebuah persoalan pribadi seorang pasien, gas perut kemudian berkembang menjadi sebuah tantangan. Tantangan ini lantas memicu munculnya beragam gagasan dan karya baru di bidang teknologi untuk kemaslahatan masyarakat luas yang memerlukannya.

Mikroba peredam gas perut

Di antara tantangan yang dihadapi Dr. Levitt dan rekan-rekannya adalah membuat sebuah karya, teknologi atau sarana yang mampu menekan produksi gas usus secara berlebihan tanpa membatasi pola makan pasien. Sebab, sebagaimana dipaparkan Hidayatullah.Com di bagian ketiga tulisan ini, jenis bahan makanan yang dimakanlah yang menentukan jumlah dan mutu gas buangan usus manusia.

Di antara gagasan baru yang dimunculkan adalah dengan bantuan mikrooganisme tertentu. Menurut Dr. Levitt, bakteri bernama Methanobacterium smithii mungkin bisa memberi jalan keluar. Bakteri ini tidak menghasilkan beragam jenis gas yang membentuk gas kentut, namun hanya satu jenis gas saja, yakni metana. Metana (CH4) hanya terdiri dari dari empat atom hidrogen (H) dan satu atom karbon (C).

Ketika membentuk gas metana, bakteri M. smithii ini memperkecil volume gas di sekitarnya dengan menggabungkan empat molekul gas hidrogen (4 x H2) dan satu karbon dioksida (1 x CO2) untuk dijadikan satu molekul metana (1 x CH4) dan dua molekul air (2 x H2O) sebagaimana persamaan reaksi kimia berikut:

                                                                           4H2 + CO2 ===> CH4 + 2H2O

Dua molekul air yang dihasilkan diserap oleh usus besar, sehingga peristiwa kimiawi ini menurunkan tekanan gas di dalam perut.

Gagasan itu memang tampak sederhana. Namun permasalahannya adalah M. smithii termasuk salah satu mikroba yang sangat jarang dijumpai di dalam usus besar. M. smithii kalah jauh jumlahnya dengan bakteri penghuni usus besar lain yang lebih terkenal, yakni Eschericia coli serta bakteri jenis lain penghasil gas beraroma tidak ramah. Terlebih lagi, tampaknya tidak ada jalan untuk dapat meningkatkan populasi mikroba M. Smithii yang dikehendaki itu di dalam usus besar.


Namun Dr. Levitt tidaklah patah arang, dan masih menaruh harapan baik. Pasalnya, seluruh bakteri yang menghuni usus manusia telah dikenali. Menurut Dr. Levitt, pengetahuan ini bakal memungkinkan manusia untuk memanipulasinya.

Detektor kentut lewat mulut

Di sisi lain Dr. Levitt menuai keberhasilan dalam teknologi deteksi kentut yang dikembangkannya. Ia telah mengembangkan sebuah Breathalyzer sederhana. Yakni alat yang dapat mengukur zat-zat kimiawi yang terkandung di dalam udara yang dihembuskan keluar ketika orang bernapas. Perangkat ini memungkinkan dilakukannya pengujian tentang kemunculan gas kentut pada seorang pasien.

Karya Dr. Levitt ini terdengar agak kurang masuk akal bagi kebanyakan mereka yang bukan ahli di bidang kedokteran penyakit saluran pencernaan makanan. Namun Dr. Levitt tetap berpendirian bahwa karya kembangannya ini dapat bekerja. Ia beralasan bahwa apa yang keluar melalui salah satu ujung lubang saluran pencernaan seringkali menyingkapkan banyak hal tentang apa yang terjadi di ujung lubang yang satunya lagi.

Menurut Dr. Levitt, peristiwa buang angin memiliki ciri berupa dihasilkannya beragam rupa gas dalam jumlah berlebihan, termasuk gas hidrogen (H2). Tidak semua gas yang dihasilkan di usus itu disemburkan melalui anus. Sebagian dari gas-gas itu diserap ke dalam darah dan dilepaskan melalui paru-paru. Jika kadar hidrogen yang berlebihan di dalam napas yang dihembuskan seorang pasien dapat diukur, maka akan dapat pula dikenali gejala gangguan kentut berlebihan yang diderita pasien itu.

Masih belum terungkap

Banyak pengetahuan seputar kentut telah diungkap. Tapi tidak sedikit pula teka teki tentang gas perut ini yang masih belum mampu disingkap ilmuwan.

Sejak dirintisnya ilmu kentut (flatologi) beberapa puluh tahun lalu hingga sekarang, yakni tahun 2009 ini, seluk beluk gas usus memang belum semua terpecahkan. Inilah yang diakui oleh peneliti asal Italia, M. Montalto dan rekan-rekannya baru-baru ini. Dalam salah satu karya ilmiah teranyar mereka seputar gas usus di jurnal ilmiah Alimentary Pharmacology & Therapeutics (Mei 2009) mereka menegaskan di awal tulisannya: 
      “Beragam proses rumit yang diatur secara cermat terlibat dalam metabolisme gas usus, dan, kini pengetahuan menyeluruh tentang mekanisme-mekanisme ini masih kurang.”

Pernyataan itu diulangi kembali sebagai kesimpulan karya ilmiah mereka:
      “Sebagai kesimpulan, metabolisme gas usus merupakan sebuah tahapan rumit dan sangat menarik dari fisiologi usus dan penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami lebih baik mekanismenya dan kaitan sesungguhnya dengan gejala-gejala gangguan kesehatan ‘yang berhubungan dengan gas’.”
Ilmu kentut mahaluas  
Demikianlah, bagi mereka yang tidak berpikir mendalam dan serius, kentut memang tampak sebagai sekedar gas bau yang terkadang keluar dengan suara yang memicu canda dan tawa. Namun bagi ilmuwan, penelitian tentang gas perut ini memunculkan pengetahuan berharga dan teknologi yang bermanfaat bagi manusia. Karena memang Allah menciptakan kentut bukan dengan main-main dan bukan untuk dijadikan barang cemoohan.

Kentut adalah salah satu bukti kesempurnaan dan kebesaran Allah dalam mencipta. Beragam ilmu pengetahuan mengagumkan serta manfaat luar biasa dari keberadaan gas perut ini akan didapatkan oleh mereka yang bersungguh-sungguh meneliti ciptaan Allah yang satu ini. Mereka yang selalu menertawakan atau menjadikan kentut sebagai bahan olok-olok semata tidak mendapatkan kebaikan apa pun dan tidak memberikan manfaat apa pun.

Ketidakmampuan manusia memahami seluruh ilmu pengetahuan seputar kentut ini telah diakui ilmuwan, sebagaimana disebut di atas, meski puluhan tahun telah dikerahkan untuk menelitinya. Ini adalah salah satu bukti keluasan Ilmu Allah yang tidak terbatas, yang tidak akan habis disingkap manusia. Dalam sebuah ayat, Allah memberikan perumpaman tentang ilmu (kalimat)-Nya yang Mahaluas sebagai berikut:

Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
(QS. Luqman, 31:27) [cs/hidayatullah.com]

ilustrasi :http://media.nih.gov


Referensi:


M. Montalto et al (2009) Introductory remarks to intestinal gas metabolism. Alimentary Pharmacology & Therapeutics. 29 SUPPLEMENT 1:4-7, May 2009.

J. Kluger (1996) What a gas. Health & Medicine / Nutrition. From the April 1995 issue, published online April 1, 1995 (http://discovermagazine.com/1995/apr/whatagas494 , terkunjungi pada 23 Juli 2009)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Pengikut